saya baru saja mengalami beberapa kejadian yang menunjukkan mahalnya harga sebuah kerendahan hati.
saya menemani saudara saya ke toko
jewelry di itc fatmawati kemarin. ia ingin membelikan ibunya sebuah cincin berlian sebagai hadiah. saudara saya mencoba sekitar empat sampai lima cincin yang menurutnya bagus.
setelah selesai mencoba, tiba-tiba penjual berlian tersebut berkata pada saudara saya, “sepertinya saya kehilangan sebuah cincin. cincin yang tadi mbak coba.” saudara saya mencoba untuk sedikit membantu dengan menunjukkan cincin yang ia coba dan memang tidak ada satu, namun saya ingat benar cincin tersebut sudah di tangan si penjual. lagipula saudara saya tidak mungkin mencuri.
akhirnya setelah mencoba membantu, saudara saya ingin pulang. “sudah ya pak. saya jalan dulu. terima kasih.” tiba-tiba si penjual berkata pada saudara saya, “sebentar dulu mbak. saya lihat dulu tasnya ya.” secara spontan, saya langsung memelototi dia. saya juga mengawasi dia saat menggeledah tas saudara saya. menurut saya, seharusnya dia meminta maaf terlebih dahulu saat ingin menggeledah tas
customer, bukan memerintah.
akhirnya setelah penggeledahan yang tidak menghasilkan apa-apa, ia menemukan cincinnya jatuh di sebelah kursinya sendiri. saya mendadak kesal dan langsung keluar toko tersebut sambil berkata, “lain kali yang sopan sama
customer, mas. nanti ga laku tokonya.” saudara saya masih di dalam dan mencoba berbasa-basi sedikit.
setelah saudara saya keluar, saya tanya, “tadi dia minta maaf ga sama lo karena udah mencurigai lo?” saudara saya mengatakan dia tidak meminta maaf.
apa sulitnya untuk merendahkan diri sedikit dan meminta maaf? tidak ada orang yang tidak pernah melakukan kesalahan di dunia ini… ada satu cerita lagi yang menunjukkan betapa arogansi telah menggantikan tempat kerendahan hati dalam diri orang-orang.
beberapa tahun yang lalu, saya memiliki seorang teman perempuan. hubungan saya dan dia cukup baik sampai saya melakukan sebuah kesalahan. saya mengeluarkan kata-kata kasar padanya. saya tahu tidak baik untuk berkata kasar pada perempuan dan saya meminta maaf bahkan lebih dari sekali.
sudah satu setengah tahun sejak saya meminta maaf, namun sampai kini ia belum memaafkan saya. ia bersikap seperti tidak mau berhubungan lagi dengan saya. menurut saya, ini adalah hal yang aneh sekali. saya belum pernah dengar ada teman yang tidak mau berhubungan lagi karena mendapat kata-kata kasar. lagipula saya menyesal dan meminta maaf.
akhirnya teman-teman saya menasihati saya, “lo ga perlu cari dia lagi. lo udah cukup merendah untuk dia. dia bahkan ga mau merendah sedikit untuk lo.” teman saya yang lain berkata dengan sedikit menyindir, “mungkin dia ga pernah buat salah, makanya ga mau maafin orang.”

“
you can curse like a mad dog; but in the end, you have to let go.” – benjamin button
pada akhirnya, saya harus berjalan terus dan berhenti memikirkan sikap kekanak-kanakkan dan arogansi beberapa orang, termasuk orang-orang yang saya cintai; karena saya tidak mau mereka menghambat langkah saya.